KESALAHAN TERBESAR ( Mading Elma)

Karikatur Bapak Habibi

Karya        : Zalfaa Azzahra

Alamat      : Tamanan, Banguntapan, Bantul

Sekolah     : Kelas IX MTs 6 Bantul

 

 

KESALAHAN TERBESAR

karya: Ila Aliatun Khasanah

Kelas X Bahasa, MA Al-Mahalli
Muntuk, Dlingo, Bantul

Namaku Abi Ramadhan, bisa dipanggil Abi atau Rama. Aku anak terakhir dari tiga bersaudara, kakakku yang pertama sudah menikah sedangkan kakakku yang kedua sedang melaksanakan studinya di luar negeri. Kami sekeluarga beragama Islam termasuk ibuku yang sudah dari kecil mengajarkanku hal ibadah, ayahku bekerja sebagai Dokter, ibuku bekerja Menjahit sekaligus ibu rumah tangga. Saat ini aku duduk dikelas dua SMK Nusa Bangsa, disekolah aku termasuk siswa yang berprestasi.

Senin pagi pukul 04.00 WIB.

Kring…kring…kring… alarmku pun berbunyi ibuku membuka pintu kamarku dan membangunkanku. Membuka jendela kamarku, merapikan tempat tidur tidurku dengan kesabaran yang luar biasa,

“Abi, bangun sudah adzan subuh dari tadi” ibuku membangunkanku

“ah ibu mah” (mengeluh)

“Bangun sholat dulu habis itu mandi” ibu membangunkanku lagi, akupun bangun dan langsung masuk ke kamar mandi.

Setelah sholat subuh akupun bersiap-siap untuk mandi, setelah itu sarapan dan berangkat sekolah. Saat sarapan ibuku berkata,

“nanti ibu akan mengantarkanmu karna ayah sudah pergi berangkat kerja tadi pagi.” Kata ibu. 

“Iya ibu” jawabku disela-sela makan. Aku diantar dengan mengendarai sepeda motor. Saat sudah sampai dipintu gerbang sekolah ibuku berpesan padaku, 

“nanti ibu akan menjemputmu, pesan ibu belajarlah yang tekun jangan bolos sekolah.” Akupun mengiyakannya. Setelah itu, aku masuk dan ibuku pun pulang.

Disaat pelajaran berlangsung di dalam kelas Toni menghampiriku,

“Hei, Bi habis ini kita bolos yuk” kata Toni.

“Siapa aja emang?” tanyaku.

“Berlima” jawab Toni. 

“Oke” sambungku.

Kami termasuk siswa yang suka melanggar peraturan sekolah. Termasuk suka membolos serta merokok ditempat tongkrongan yang tak  bisa dijangkau oleh guru. Walaupun merokok adalah salah satu peraturan yang dilarang oleh sekolah tapi aku dan teman-temanku selalu melanggarnya. Disekolah kami dipandang sebagai murid yang nakal. Pada saat bolos sekolah kemarin-kemarin kami tak ketahuan. Tapi, bolos sekolah yang sekarang berbeda karena guru ada yang mengetahuinya dan membututi kami sampai ketempat biasa kami bolos. Akhirnya kami dimarah-marahi dan ditegur, kamipun di seret ke kantor kepala sekolah kami diberi peringatan dan surat panggilan orang tua.

Saat pulang sekolah, aku sudah dijemput dengan ibuku di pintu gerbang. Saat berhadapan dengan ibuku aku merasa bersalah dan malu atas apa yang selama ini sering aku perbuat di sekolah. Akupun menangis sambil nemeluk ibuku walaupun aku laki-laki aku juga bisa menangis, mungkin ibuku bingung atas kelakuanku yang tiba-tiba menangis. Ibuku bertanya,

“Ada apa kok menangis?” aku masih diam lalu ibuku melepas pelukanku.

“kamu kenapa sih? Ibu jadi bingung.” Tanya ibu.

“ibu maafin Abi yang gak nurut sama perkataan ibu” (sambil menangis)

“iya, tapi nggak nurut nya itu apa?” tanya ibu.

“Abi sudah melanggar pesan Ibu yang gak boleh bolos sekolah.” (sambil memberi surat peringatan tadi) akupun menunduk. 

“Apa ini Bi?” tanya ibuku.

“surat panggilan sekolah bu, karena Abi sudah bolos sekolah dan berkali-kali merokok” jawabku sambil menunduk.

Sambil membuka surat itu ibuku hanya diam. Lalu, ibuku kaget dengan surat itu dan aku tahu bahwa ibu sangat kecewa denganku. 

“Tidak apa-apa, ibu tidak akan marah denganmu asalkan jangan pernah kamu ulangi lagi.” Dengan nada kecewa ibu menyuruhku naik ke atas sepeda motor dan mengajakku pulang.

Disepanjang jalan ibuku hanya diam tak berbicara satu katapun. Akupun merasa bersalah atas apa yang telah kuperbuat. Saat sudah sampai rumah ibuku masuk tanpa berbicara apapun denganku. Sore harinya ayahku pulang dari kerja akupun menghampirinya tanpa berbicara hanya ingin mengecup tangannya saja. Kini suasana rumah hanya hening yang ada saat malam hari aku hanya diam dikamar tak berani keluar karena takut dengan ayahku. Tak lama kemudian ada seorang yang mengetuk pintu kamarku dan ternyata itu adalah ayahku. Aku mulai merasa takut aku dimarah-marahi ayahku.

“Abi, ayah tahu kamu lagi ada masalah disekolah ibu sudah cerita sama ayah tadi” kata ayah.

“Iya ayah” Jawabku 

“Ayah tidak akan marah sama Abi tapi, Abi juga harus tahu bahwa itu perbuatan yang tidak baik. Ayah tahu kamu berprestasi tapi kalau perilakumu jelek itu sama saja tidak ada bedanya sama yang tidak pernah di didik.” Kata ayah.

“iya, ayah. Maafin Abi udah nggak  urut sama ayah dan ibu Abi janji nggak akan ngulangin ini lagi.” Kataku.

“iya, Abi tapi sekarang kamu minta maaf sama ibu dulu.” Kata ayah.

“iya ayah” jawabku.

Akupun keluar dengan ayahku dari kamar untuk menghampiri ibu, 

“Ibu, ibu maafin Abi atas apa yang Abi udah lakuin selama ini disekolah” kataku.

“iya Abi, ibu udah maafin Abi tapi ibu pesan kamu jangan nakal lagi.” Kata ibu.

“iya ibu, Abi janji.” (sambil memeluk ibu).

Pagi harinya ibu menghantarku sekolah dengan pakaian rapi untuk menemui surat panggilan kepala sekolah dengan muka malu atas apa yang aku perbuat. Berapa menit pun berlalu, aku dan ibuku keluar dari ruang kepala sekolah lalu ibuku menyuruhuku untuk masuk kekelas sambil memperhatikanku, ibu langsung mencium pipi kanan dam kiriku. Mulai saat itu, akupun tak berani lagi membolos sekolah dan merokok dengan teman-temanku karena aku tahu itu adalah perbuatan yang tidak baik. Sedangkan, teman-temanku sudah bertobat atas semua perbuatannya sama sepertiku. Aku sadar semua ini karena kesabaran kedua orang tuaku yang telah menyadarkanku dari perbuatan-perbuatan yang telah aku lakukan selama ini.

 

Pesan : Jangan pernah menyia-nyiakan hidupmu, bahagiakan kedua orang tua dengan prestasi-prestasimu, karena mereka kita bisa meraih cita-cita sampai sukses dan jangan membantah perkataan kedua orang tuamu karena jasa mereka kita bisa menjadi orang berguna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *