Cerpen – PESAN TERAKHIR IBU (Mading Elma)

 

Karya : Sharavina putri roshalin

 

Kelas IX MTs N 6 Bantul

 

Ndladan, Tamanan, Banguntapan Bantul

 

 

 

PESAN TERAKHIR IBU

Karya : Aulia Az Zahra

X MIPA 2 MAN 3 Bantul

Jangkaran, Temon, Kulon Progo

 

 

Teringat tiga tahun yang lalu, yaa tiga tahun yang lalu.tepat dimana ibu pergi dijemput oleh sang ilahi. Sedih dan berat rasanya mengikhlaskan seseorang yang selalu ada untukku. Dan lagi,ayahku yang selama ini ku sangka akan setia bersama iu sampai mati ternyata salah benar benar salah. Enam bulan setelah kepergian ibu. Ayah menikah lagi dengan seorang janda anak satu. Bahkan ayah sangat menyayangi istri dan anak barunya. Sampai sampai ayahnya pun lupa dengan hari ulang tahunku. Padahal, saat ibu masih ada hari ulang tahunku begitu meriah ditemani oleh ayah ibu dan juga teman teman. 

Setelah aku lulus sekolah, ayah dan ibu tiriku memasukkan aku kepondok pesantren. Selama dipondok ayah dan ibu tiriku jarang sekali menjengukku. Seakan akan aku tak dianggap anak lagi. Waktu sakitpun ayah dan ibu sama sekali tak meluangkan waktu untuk menjengukku. Ayah benar benar berubah. Ayah sudah melupakan aku dan ibuku karena istri barunya. Untung saja ada nenek yang sayang padaku. 

Suatu ketika saat di pondok pesantren ada acara akhirussanah. Nenek, ayah, dan ibu tiriku datang dalam acara dan mengejutkan lagi nenek memberiku satu buku diary, tak disangka bukuitu milik ibuk. Ku buka lembar demi lembar ku baca dan ku fahami kalimatnya. Air mata yang semula ku tahan menetes deras dan semakin deras. Tanpa ku ketahui, ternyata selama ini ibu menderita kanker. Namun, ibu tak pernah merepotkan semuanya. Penyakit yang diderita dipendam sendiri. Ibu memang selalu terlihat bahagia dan tersenyum, tapi ternyata ibu menahan rasa sakit dan sedih yang dasyat. 

Untuk masalah istri baru ayah, ternyata itu semua keinginan ibu. Ibu yang meminta ayah untuk menikah lagi agar ada seseorang yang dapat menggantikan ibu untukku.dulu ayah dan ibu berencana untuk memasukkan aku ke pesantren dan ingin menyekolahkanku sampai menjadi dokter. Sungguh begitu mulia cita cita kedua orang tuaku. 

Sejak awal masuk pesantren ayah dan ibu tiriku jarang kepondok karena ayah ada tugas diluar kota, bukan karena melupakan aku. Ibu tiriku sebenarnya sayang keepadaku hanya saja belum terlalu dekat denganku. Ayah dan ibu tiriku memelukku penuh dengan kehangatan dan kasih sayang. Aku minta maaf yang sebesar besarnya kepada ayah ibu karena telah berprasangka buruh kepada mereka. Setelah itu ayah menyodorkan sebuah surat berwarna merah untukku.

“Putriku .

Sayang, Ibu minta maaf tidak bisa menemanimu sampai kamu besar, ibu sangat menyayangimu nak, ibu berpesan untukmu : jadilah anak yang berbakti kepada ayah dan ibu. Agapailah cita citam. Jangan pernah mengecewakan orang orang yang sayang kepadamu nak. Jadilah anak yang sholehah sukses dunia akhirat. Jangan sombong dengan yang lain. Doakan orang tuamu selalu. Jaga dan temani ayah sampai tua (selamanya). Rawat ayahmu ketika sakit dan ketika kamu sukses jangan lupakan ayahmu. Sayangi ibu tirimu, anggap seperti ibumu sendiri nak. Bahagiakan keduanya nak. Selagi lagi ibu minta maaf.”

Tetesan air mata semakin deras setelah selesai membaca surat terakhir dari ibu. Ayah mengajakku  pergi ke suatu tempat. Ternyata ayah mengajakku ke makam ibu. Tangis semakin jadi. Teringat pesan pesan ibu dan betapa besarnya kasih sayang seorang ibu untukku. 

Ku bersihkan makam dan ku taburkan bunga diatasnya. Rindu dan sedih rasanya. Inginku seperti dahulu, canda, susah, sedih selalu berssama. Rindu dimana saat saat ibu yang bisa ku berikan, selalu ku panjatkan untukmu. Setelah kejadian itu, aku ayah dan ibu tiriku hidup bahagia penuh canda tawa dan kasih sayang yang begitu besar.

Untuk teman temankku, ketahuilah besarnya jasa seorang ibu untuk anaknya. Apapun akan dilakukan untuk anak kesayangannya. Susah payah ibu menjaga kandungannya demi keselamatan anaknya. Melahirkan anak dengan penuh perjuangan, menahan rasa sakit yang tak tertahankan. Dan setelah itu ibu selalu merawat dan membesarkan anaknya dengan cinta dan kasih sayang. Setiap hari ibu selalu berdoa untuk sang buah hati. Tak mengharap budi balasan yang terpenting hanyalah kebahagiaan anaknya. Bahagiakanlah kedua orang tuamu terutama ibu. Jangan kecewakan ibumu, hormati dan hargai ibumu. Berikan yang terbaik untuknya. Rawat ketika beliau sedang sakit dan ketika beliau tiada, doakanlah selalu. Bersihkan makamnya doakan arwahnya dan jangan melupakannya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *